PROSES ANNEALING
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metalurgi Fisik
Dosen Pengampu Widhi Herjuna ST
Ditulis Oleh:
Kiki Lukita
(14156671)
|
JURUSAN TEKNIK MESIN SEMESTER 4 BARU
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA
CIKARANG 2016
CIKARANG 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah inidengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin
saya tidak akansanggup menyelesaikan dengan
baik.Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan danpengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupunisi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan.Oleh karena itu, kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan dan peningkatan kualitas isi makalah ini di masa mendatang.
Cikarang, 20 Juni 2016
Penulis,
Kiki Lukita
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan ilmu bahan (logam) merupakan pembahasan
yang cukup kompleks, berbagai pertimbangan teknik ada di dalamnya. Mulai dari
jenis bahan, peralatan yang digunakan untuk mengolah, proses dalam pengolahan,
dan masih banyak lagi pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu banyak dipelajari.Diantara
pembahasan dalam ilmu bahan, dan sekaligus sebagai Mata Kuliah adalah Perlakuan
Panas yaitu mempelajari cara untuk merubah sifat mekanis suatu bahan dengan
adanya pemanasan. Salah satu dari cara perlakuan panas adalah pelunakan logam
atau dikenal dengan istilah Annealing. Banyak jenis dari cara/ proses Annealing
ini, ada full Annealing, dan Spheroidized Annealing.Sebagai upaya mencari sifat logam yang sesuai dengan yang
dibutuhkan diantaranya adalah dengan cara perlakuan panas. Perlu
tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas yang dilakukan
tergantung pada sifat coran dan penggunaanya. Yang dimaksud dengan
perlakuan disini adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam
dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan
ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam penyusunan makalah ini dibuat
rumusan masalah :
·
Apa
definisi atau pengertian dari proses annealing ?
·
Bagaimana
jalannya proses proses annealing ?
·
Apa
tujuan proses annealing
1.3 Manfaat
dan Tujuan
Adapun manfaat dan tujuan dari pembuatan
makalah :
·
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan proses annealing
·
Mengetahui
jalannya proses proses annealing.
·
Mengetahui
tujuan proses annealing
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Annealing.
Annealing adalah suatu proses perlakuan panas (heat treatment)
yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
Tahapan dari proses anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperatur tertentu, menahan pada temperatur tertentu tersebut
selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan.
Kemudian mendinginkan logam atau paduan tersebut dengan laju pendinginan yang
cukup lambat.
Tujuan dari annealing adalah untuk :
·
Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon
tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin.
·
Memperbaiki keuletan.
·
Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan
stuktur.
·
Memperhalus ukuran butir.
·
Menghilangkan tegangan dalam.
·
Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan
panas.
Proses annealing adalah sebagai berikut:
·
Benda kerja dimasukan kedalam tungku pemanas
atau kotak baja yang di isi dengan terak / pasir yang dipanaskan.
·
Panaskan pada temperatur tertentu selama waktu
tertentu.
·
Setelah cukup waktunya benda kerja dikeluarkan
dari tungku panas tersebut.
·
Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.
2. Langkah Kerja
Proses Annealing.
v
2.1 Proses Annealing.
Proses annealing adalah
sebagai berikut:
·
Benda kerja kita masukan kedalam kotak baja
yang kita isi dengan terak atau pasir
·
Panaskan pada temperatur 9800C selama 1 sampai
3 jam.
·
Setelah cukup waktunya kotak kita angkat dari
dapur.
·
Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.
v
2.2
Cara-Cara Pendinginan Pada Proses Annealing.
Pendinginan
dapat kita lakukan dengan cara:
·
1. Benda kerja dikeluarkan dari kotak dan
dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan dari udara.
·
2. Benda kerja bersama-sama dengan kotaknya
dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan udara.
·
3. Kotak yang berisi benda kerja dibiarkan
didalam dapur dan dapur kita matikan. Sehingga dapur, benda kerja dan kotak
mengalami pendinginan yang perlahan-lahan dari udara.
3.
Tipe-Tipe Proses Annealing
v
3.1. Full
Annealing
Full annealing (FA) terdiri dari austenisasi dari baja yang
diikuti dengan pendinginan yang lambat didalam tungku, kemudian temperatur yang
dipilih untuk austenisasi tergantung pada kandungan karbon dari baja tersebut.
Gambar diatas
merupakan diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur
untuk full annealing
Full annealing untuk baja hipeutektoid dilakukan pada
temperatur austenisasi sekitar 500C diatas garis A3 dan mendiamkannya pada
tempertur tersebut untuk jangkauan waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan
yang lambat diatas tungku. Pada temperatur austenisasi, pembentukan austenit
akan merubah struktur yang ada sebelum dilakukan pemanasan, dan
austenit yang terbentuk relatif halus. Pendinginan yang lambat didalam tungku
akan menyebabkan austenit mengurai menjadi perlit dan ferit. Pemanasan yang
terlalu tinggi diatas A3 akan menyebabkan austenit tumbuh sehingga dapat
merugikan sifat baja yang diproses.
Menganil/annealing baja hipereutektik dilakukan dengan cara
memanaskan baja tersebut diatas A1 untuk membulatkan sementit proeutektoid.
Jika baja hipereutektik dipanaskan pada temperatur Acm dan didinginkan
perlahan-lahan, maka pada batas butir akan terbentuk sementit preutektoid
sehingga akan terjadi rangkaian sementit pada batas butir austenit. Pendinginan
yang diperlambat akan menyebabkan presipitasi ferit sebagai kelompok yang
terpisah. Pembentukan daerah pemisah ferit pada baja yang tidak dikehendaki
karena akan menimbulkan daerah yang lunak (soft spot) selama proses
pengerasan berlangsung. Full annealing juga diterapkan pada baja
karbon dan baja paduan hasil proses pengecoran serta baja hot
worked hipereutektoid. Untuk produk cor yang besar, terutama yang terbuat
dari baja paduan, Full annealing akan memperbaiki mampu mesin dan
juga menaikan kekuatan akibat butir-butirnya menjadi
halus. Full annealing juga diterapkan pada baja-baja dengan
kadar karbon lebih dari 0,5% agar mampu mesinnya menjadi lebih baik.
v
3.2. Spheroidized
Annealing
Spheroidized annealing (SA) dilakukan dengan cara memanaskan
baja sedikit diatas atau dibawah titik A1, kemudian didiamkan pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang
lambat.
Proses ini ditujukan agar karbida-karbida yang berbentuk lamelar
pada perlit dan sementit sekunder menjadi bulat. Disamping itu, perlakuan ini
ditunjukan mendeformasikan struktur seperti martensit, trostit, dan sorbit dan
sebagainya yang merupakan hasil akhir dari proses quench.
Gambar diatas
merupakan diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur
untukspheroidized anneling
Tujuan dari spheroidized annealing adalah untuk
memperbaiki mampu mesin dan mempebaiki mampu bentuk. Sebagai contoh mampu mesin
baja perkakas karbon tinggi sangat baik jika strukturnya sperodisasi.
Semua jenis baja perkakas paduan, termasuk kelas karbida maupun baja untuk
bantalan harus memiliki kondisi sperodisasi agar hasil pemesinannya
baik.
Metoda-metoda yang diterapkan untuk memperoleh struktur yang bulat
adalah sebagai berikut:
a. Metoda yang pertama
Baja dipanaskan dekat tempelatur A1 dan harus dijaga agar tidak
melampaui tempelatur tersebut untuk mencegah pembentukan austenit. Baja
tersebut kemudian ditahan pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu
tertentu agar diperoleh karbida yang bulat dan agak kasar. Tinggi temperature
dan lama pemanasan yang dipilih sangat tergantung pada kondisi struktur baja
sebelumnya dan komposisi kimia baja tersebut.
Baja yang memiliki karbon kurang dari 0,3% tidak cocok
untuk disperodisasi karena struktur baja-baja karbon rendah terdiri
dari ferit dan sejumlah kecil perlit.
Perlit yang kasar akan mudah terbentuk pada proses pendinginan yang
lambat, sebagai contoh baja karbon paduan di spheroidized
annealing yang tempelatur sekitar 7000C untuk selama 4-6 jam. Makin lama
pemanasan, akan makin kasar perlit yang terbentuk.
Temperatur spheroidized annealing dipengaruhi oleh
unsur-unsur paduan, keberadaan Ni atau Mn akan menurunkan temperatur A1 dan
akibatnya akan menurunkan temperaturspheroidized annealing. Jadi untuk
baja yang mengandung Ni 4%, maka tempelatur spheroidized annealingnya
serendahrendahnya adalah 6700C. Temperatur yang lebih rendah akan mempengaruhi
waktu prosesing menjadi lebih lama (8-10 jam).Dilain pihak, HSS yang
mengandung W, V, dan Mo dan juga Cr, harus di spheroidized
annealing pada temperatur diatas 8000C. Keberadaan unsur-unsur pembentuk
karbida yang kuat akan meningkatkan stabilitas karbida didalam baja. Karena
itu, dapat menurunkan penggumpalan dan menaikan waktu anil pada setiap
temperature spheroidized annealing yang dipilih.
b. Metoda yang kedua
Baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (lihat gambar 3), dan
diam pada temperatur waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang
lambat pada laju sekitar 10-200C setiap jam sampai dengan tempelatur 550-
6000C. Pendinginan sampai ke temperatur kamar dapat dilakukan asal pendinginan
dilakukan diudara. Selama proses pendinginan lambat, C yang larut kedalam
austenit akan memisahkan diri dan membentuk karbida yang bulat. Pada kondisi seperti
ini kekerasan baja akan relatif lebih rendah. Jika temperatur anil lebih
tinggi, sejumlah besar karbida akan larut dan dan sementit akan terbentuk dalam
bentuk lamelar. Metoda ini terutama diterapkan untuk baja-baja eutektoid dan
hipertektoid. Sebagai contoh prosedur anil untuk membulatkan keseluruhan
karbida didalam matrik ferit baja DIN 100 CrMo memerlukan austenisasi pada
825/8300C diikuti dengan penahanan pada tempelatur 775/7800C. Proses seperti
ini akan menghasilkan prestisipasi karbida. Setelah itu, kemudian didinginkan
perlahan-lahan melalui rentang temperatur 740-6800C dan selanjutnya didinginkan
diudara sampai temperature kamar.
c. Metoda ketiga
Dalam metoda ini baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (tidak
boleh
lebih tinggi dari 500C), dan dibiarkan pada tempelatur ini untuk
jangka waktu tertentu Kemudian didinginkan sampai temperatur sedikit dibawah A1
(tidak boleh lebih tinggi dari 500C), dan dibiarkan pada temperatur tersebut
untuk suatu jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan pada temperature
kamar. Temperatur yang mendekati A1, struktur sperodisasi yang akan
diperoleh lebih kasar dan lebih lunak, namun jika proses temperatur menjauhi
A1, misalnya 6800C, struktur yang dihasilkannya akan berbentuk lamelar dan
bersifat lebih keras. Dengan cara ini proses sperodisasinya memerlukan
waktu yang lebih singkat dibanding dengan cara-cara sebelumnya dan mulai
diterapkan untuk baja karbon dan baja paduan.
d. Metoda keempat
Sperodisasi dapat juga dilakukan dengan cara memanaskan dan
mendinginkan yang berulang-ulang pada temperatur diatas dan dibawah A1.Selama
pemanasan diatas A1, hanya butir-butir sementit yang kecil yang akan larut
kedalam austenit, tetapi untuk butir-butir sementit yang besar waktu tersedia
untuk larut tidak mencukupi. Pada siklus pendinginan berikutnya,
molekul-molekul sementit akan mengendap pada butir-butir sementit yang tidak
larut. Berdasarkan hal ini timbullah proses koagulasi. Atas dasar hal ini,
metode sperodisasi memerlukan waktu yang lebih singkat tetapi sulit untuk
dilaksanakannya.
Laju sperodisasi tergantung pada struktur yang dimiliki
sebelumnya. Makin halus karbida pada struktur asalnya, makin mudah
proses sperodisasinya. Jadi struktur perlit yang halus lebih mudah
dibandingkan struktur perlit yang kasar. Struktur bainit lebih baik lagi untuk
di sperodisasi dan yang terbaik adalah struktur sorbit (struktur yang diperoleh
dari hasil penempern martensit). Proses pengerjaan dingin yang dapat memecahkan
sementit dan mendistribusikannya secara lebih homogen dapat membantu
mempercepat proses sperodisasi.
Unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat, terutama Cr, W, Mo, dan V
meningkatkan stabilitas karbida dalam baja. Karena itu unsur-unsur tersebut
menurunkan laju koagulasi dan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk soft
anneal pada temperatur annealnya.
Kekerasan yang dicapai setelah
proses sperodisasi tergantung pada komposisi kimia baja. Baja-baja
yang mengandung karbon yang rendah menghasilkan kekerasan sekitar 160-190 HB,
sedangkan pada baja paduan dan karbon tinggi, menghasilkan kekerasan sekitar
200-230 HB.
Untuk meningkatkan mampu mesin baja-baja perkakas karbon tinggi,
paduan tinggi, baja pegas, baja bantalan, baja tahan aus, baja perkakas, dan
sebagainya sperodisasi dilakukan setelah proses
tempa. Sperodisasinya dilkukan dengan cara memanaskan baja diatas
tempelatur A1 kemudian didinginkan perlahan-lahan dan ditahan pada tempelatur
sedikit dibawah A1. Untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan
pendinginan diudara sampai tempelatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa, agar
memperoleh struktur yang globular (bulat), baja harus dipanaskan secara homogen
dan distribusi tempelatur di dalam tungku juga harus homogen.
Baja-baja yang mengandung sementit dibatas butirnya relatif sulit
untuk dimesin. Untuk itu, proses sperodisasinya dilakukan dengan cara
mengeliminasi sementit dengan proses homogenisasi atau normalizing diatas
tempelatur Acm kemudian diquench dan dilanjutkan dengan prosessperodisasi.
3.2.1 Tungku-tungku untuk proses soft anneal
Pemilihan tungku untuk proses sperodisasi ditentukan
sebagai berikut :
a. Jika tempelatur sperodisasi relatif rendah dan
fluktuasi temperatur harus kecil maka digunakan tungku
listrik karena waktu yang diperlukan untuk proses sperodisasi akan relatif
lama.
b. Berdasarkan hal tersebut diatas tungku kamar listrik lebih
banyak digunakan dari pada tungku kontinyu.
c. Tungku vakum dan tungku garam dapat juga digunakan jika benda
kerja yang akan diproses relatif kecil .Tungku ini banyak dimanfaatkan untuk
menganil ulang benda kerja yang sudah dikeraskan.
v
3.3. Isothermal
Annealing
Isotermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis
proses ini digunakan untuk melunakan baja-baja sebelum dilakukan proses
pemesinan. Proses ini terdiri dari austenisasi pada temperatur
anilnya (full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan yang
relatif cepat sampai ke temperatur 50-
600C dibawah garis A1 (menahan secara isotermal pada
daerah perit). Penahanan baja pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu
menyebabkan timbulnya penguraian austenit menjadi strutur yang optimal untuk
dimesin. Setelah transformasi berlangsung, baja kemudian didinginkan didalam
tungku atau di udara atau bahkan didinginkan dengan cepat.
Gambar diatas
merupakan diagram isotermal annealing
Kekerasan yang dicapai setelah proses isotermal annealing,
tergantung pada tingginya temperatur penahanan baja dibawah A1. Jika baja
setelah diaustenisasi ditahan pada temperatur sedikit dibawah A1 austenit akan
mengurai perlahan lahan, sehingga diperoleh karbida yang bulat dan relatif
kasar atau lamelar sangat dipengaruhi oleh tempelatur austenisasinya. Hasil
proses ini cenderung lunak. Pada temperatur transformasi, biasanya penguraian
austenit berlangsung lebih cepat, sehingga produknya relatif lebih keras, lebih
banyak lamelar dan relative tidak kasar dibandingkan dengan benda kerja yang
jauh dari temperature transformasi (A1). Baja paduan biasanya mengalami
isotermal anneal. Setelah baja dikarburasi pada 900-9300C, kemudian ditahan pada
630-6800C untuk 2-4 jam agar seluruh austenit bertransformasi seluruhnya lalu
didinginkan. Struktur yang diperoleh terdiri dari ferit dan perlit yang sangat
cocok untuk proses pemesinan. Biasanya, penahanan isotermal diperpanjang 1-2
jam dari akhir transformasinya. Hal ini dimaksudkan agar sifat mampu mesinnya
dapat lebih ditingkatkan lagi sebagai akibat adanya sebagian sementit didalam
perlit bentuknya menjadi bulat.
Isotermal annealing yang lazim diterapkan adalah mendinginkan
dengan cepat dari temperatur austenisasi ke temperatur transformasinya.
Kemudian setelah proses isotermal, dilanjutkan dengan proses pendinginan ke
temnperatur kamar.
v
3.4. Proses
Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100-12000C. Proses
difusi yang terjadi pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja.
Proses ini diterapkan pada ingot baja-baja paduan dimana pada saat membeku
sesaat setelah proses penuangan, memiliki struktur yang tidak homogen. Sebagian
besar tidak homogen tersebut dapat diatasi pada saat pengolahan ingot baja
tersebut. Seandainya ketidak homogenan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, maka
perlu diterapkan proses homogenisasi atau diffusional annealing.
Gambar diatas
merupakan diagram proses homogenisasi
Proses homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada tempelatur
sekitar 1150-12000C. Setelah itu benda kerja didinginkan ke 800-8500C, dan
selanjutnya didinginkan di udara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan
proses normal atau anil untuk memperhalus struktur over heat. Perlakuan
seperti ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang khusus karena biaya
prosesnya sangat tinggi.
v
3.5. Intermediate
Annealing
Proses ini dilakukan terhadap baja yang sudah mengalami
proses ”Case hardening” agar dapat dimesin. Prosesnya terdiri dari
penahan benda kerja pada temperatur dibawah A1, yaitu sekitar 630-6800C,
untuk selama 4-6 jam dan diikuti dengan pendinginan yang lambat. Tujuan
dari proses ini mirip proses sperodisasi yaitu memperbaiki mampu
mesin.
Gambar diatas
merupakan diagram intermediate annealing
v
3.6. Bright
Annealing
Proses ini dilakukan untuk menghasilkan permukaan benda kerja yang
bebas dari oksidasi. Perlindungan terhadap oksidasi selama proses perlakuan
panas biasanya dilakukan dengan “menyelimuti” benda kerja dengan atmosfer
tungku yang sesuai. Atmosfer tungku yang dipilih selain mencegah oksidasi, juga
harus mampu mencegah timbulnya sulfidasi, pengetasan atau dekarburasi selama
proses perlakuan panas berlangsung. Proses bright annealing dilakukan
dengan berbagai cara yang masing –masing dapat diterapkan pada material ferro
atau non ferro, baik berbentuk kawat, strip, lembaran maupun berbentuk tabung
dan sebagainya.
Memilih gas dan tungku yang digunakan dalam proses bright annealing
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Perlakuan Panas yaitu suatu proses untuk merubah
sifat mekanis suatu bahan dengan adanya pemanasan. Salah satu dari cara
perlakuan panas adalah pelunakan logam atau dikenal dengan istilah Annealing.
Banyak jenis dari cara/ proses Annealing ini, ada full Annealing, dan
Spheroidized Annealing.Sebagai upaya mencari
sifat logam yang sesuai dengan yang dibutuhkan diantaranya adalah
dengan cara perlakuan panas. Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana
perlakuan panas yang dilakukan tergantung pada sifat coran
dan penggunaanya. Yang dimaksud dengan perlakuan disini adalah proses
untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran
sampai temperatur yang cocok dibiarkan beberapa waktu pada temperatur
itu,kemudian didinginkan ke temperatur
yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.
Dan tujuan dari annealing sendiri
diantaranya mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat
dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin, memperbaiki keuletan, menurunkan atau
menghilangkan ketidak homogenan stuktur, memperhalus ukuran butir, menghilangkan
tegangan dalam serta menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas
v Saran
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menyusun tugas makalah ini, dapat kiranya mahasiswa lebih pro-aktif lagi untuk mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan makalah ini, demikian pula kami mengharapkan bimbingan yang intensif dari pihak dosen, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik, Amiin.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menyusun tugas makalah ini, dapat kiranya mahasiswa lebih pro-aktif lagi untuk mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan makalah ini, demikian pula kami mengharapkan bimbingan yang intensif dari pihak dosen, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik, Amiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Rohyana
Solih Drs.”Pengetahuan & Pengolahan Bahan”.Humoria Utama
Press: Bandung, 1995.
Ø Supratman
Rochim.”Panduan Peoses Perlakuan Panas”. Lembaga Penelitian ITB: Bandung 1994.
Ø Wahyudin
Ir. “Diktat Kuliah Ilmu Bahan”.FPTK-UPI:Bandung,2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar