Minggu, 07 Agustus 2016

contoh proses annealing dalam metalurgi

PROSES ANNEALING
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metalurgi Fisik
Dosen Pengampu Widhi Herjuna ST

Ditulis Oleh:

Kiki Lukita
(14156671)
  






JURUSAN TEKNIK MESIN SEMESTER 4 BARU
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA 
CIKARANG 2016



KATA PENGANTAR





Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah inidengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin saya tidak akansanggup menyelesaikan dengan baik.Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan danpengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupunisi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh karena itu, kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan dan peningkatan kualitas isi makalah ini di masa mendatang.











Cikarang, 20 Juni 2016



Penulis,

Kiki Lukita






BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pembahasan ilmu bahan (logam) merupakan pembahasan yang cukup kompleks, berbagai pertimbangan teknik ada di dalamnya. Mulai dari jenis bahan, peralatan yang digunakan untuk mengolah, proses dalam pengolahan, dan masih banyak lagi pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu banyak dipelajari.Diantara pembahasan dalam ilmu bahan, dan sekaligus sebagai Mata Kuliah adalah Perlakuan Panas yaitu mempelajari cara untuk merubah sifat mekanis suatu bahan dengan adanya pemanasan. Salah satu dari cara perlakuan panas adalah pelunakan logam atau dikenal dengan istilah Annealing. Banyak jenis dari cara/ proses Annealing ini, ada full Annealing, dan Spheroidized Annealing.Sebagai upaya mencari sifat logam yang sesuai dengan yang dibutuhkan diantaranya adalah dengan cara perlakuan panas. Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas yang dilakukan tergantung pada sifat coran dan penggunaanya. Yang dimaksud dengan perlakuan disini adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.

1.2    Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini dibuat rumusan masalah :
·         Apa definisi atau pengertian dari proses annealing ?
·         Bagaimana jalannya proses proses annealing ?
·         Apa tujuan proses annealing

1.3    Manfaat dan Tujuan
Adapun manfaat dan tujuan dari pembuatan makalah :
·         Mengetahui apa yang dimaksud dengan proses annealing
·         Mengetahui jalannya proses proses annealing.
·         Mengetahui tujuan proses annealing






BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Annealing.
Annealing adalah suatu proses perlakuan panas (heat treatment) yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses anneling ini dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperatur  tertentu, menahan pada temperatur tertentu tersebut selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan. Kemudian mendinginkan logam atau paduan tersebut dengan laju pendinginan yang cukup lambat.

Tujuan dari annealing adalah untuk :
·         Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin.
·         Memperbaiki keuletan.
·         Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur.
·         Memperhalus ukuran butir.
·         Menghilangkan tegangan dalam.
·         Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas.
Proses annealing adalah sebagai berikut:
·         Benda kerja dimasukan kedalam tungku pemanas atau kotak baja yang di isi dengan terak / pasir yang dipanaskan.
·         Panaskan pada temperatur tertentu selama waktu tertentu.
·         Setelah cukup waktunya benda kerja dikeluarkan dari tungku panas tersebut.
·         Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.
 2. Langkah Kerja Proses Annealing.

v  2.1 Proses Annealing.
     Proses annealing adalah sebagai berikut:
·  Benda kerja kita masukan kedalam kotak baja yang kita isi dengan terak atau pasir
·  Panaskan pada temperatur 9800C selama 1 sampai 3 jam.
·  Setelah cukup waktunya kotak kita angkat dari dapur.
·  Benda kerja didinginkan dengan perlahan-lahan.

v  2.2 Cara-Cara Pendinginan Pada Proses Annealing.
      Pendinginan dapat kita lakukan dengan cara:
·  1. Benda kerja dikeluarkan dari kotak dan dibiarkan dingin perlahan-lahan dengan pendinginan dari udara.
·  2. Benda kerja bersama-sama dengan kotaknya dibiarkan dingin perlahan-lahan    dengan pendinginan udara.
·  3. Kotak yang berisi benda kerja dibiarkan didalam dapur dan dapur kita matikan. Sehingga dapur, benda kerja dan kotak mengalami pendinginan yang perlahan-lahan dari udara.

3. Tipe-Tipe Proses Annealing
v  3.1.      Full Annealing
Full annealing (FA) terdiri dari austenisasi dari baja yang diikuti dengan pendinginan yang lambat didalam tungku, kemudian temperatur yang dipilih untuk austenisasi tergantung pada kandungan karbon dari baja tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2ngRnYskYVk0q-1wRbbkILBVnjNYNpf2AujtrAS7Ox3DS3QoiBu6drMHPfxp1Zu8AqN2kVc1mW_blhvmihgf_Xs0xcbO56HAnEP5DG6B2SjCn57oSioCEpw8IvQQnwyX-lRR2ZuCjhRWj/s320/Untitled3.jpg
Gambar diatas merupakan diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untuk full annealing

Full annealing untuk baja hipeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar 500C diatas garis A3 dan mendiamkannya pada tempertur tersebut untuk jangkauan waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat diatas tungku. Pada temperatur austenisasi, pembentukan austenit akan merubah  struktur yang ada sebelum dilakukan pemanasan, dan austenit yang terbentuk relatif halus. Pendinginan yang lambat didalam tungku akan menyebabkan austenit mengurai menjadi perlit dan ferit. Pemanasan yang terlalu tinggi diatas A3 akan menyebabkan austenit tumbuh sehingga dapat merugikan sifat baja yang diproses.
Menganil/annealing baja hipereutektik dilakukan dengan cara memanaskan baja tersebut diatas A1 untuk membulatkan sementit proeutektoid. Jika baja hipereutektik dipanaskan pada temperatur Acm dan didinginkan perlahan-lahan, maka pada batas butir akan terbentuk sementit preutektoid sehingga akan terjadi rangkaian sementit pada batas butir austenit. Pendinginan yang diperlambat akan menyebabkan presipitasi ferit sebagai kelompok yang terpisah. Pembentukan daerah pemisah ferit pada baja yang tidak dikehendaki karena akan menimbulkan daerah yang lunak (soft spot) selama proses pengerasan berlangsung. Full annealing juga diterapkan pada baja karbon dan baja paduan hasil proses pengecoran serta baja hot worked hipereutektoid. Untuk produk cor yang besar, terutama yang terbuat dari baja paduan, Full annealing akan memperbaiki mampu mesin dan juga menaikan kekuatan akibat butir-butirnya menjadi halus. Full annealing juga diterapkan pada baja-baja dengan kadar karbon lebih dari 0,5% agar mampu mesinnya menjadi lebih baik.

v  3.2.      Spheroidized Annealing
Spheroidized annealing (SA) dilakukan dengan cara memanaskan baja sedikit diatas atau dibawah titik A1, kemudian didiamkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat.
Proses ini ditujukan agar karbida-karbida yang berbentuk lamelar pada perlit dan sementit sekunder menjadi bulat. Disamping itu, perlakuan ini ditunjukan mendeformasikan struktur seperti martensit, trostit, dan sorbit dan sebagainya yang merupakan hasil akhir dari proses quench.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7Jyk7462ahJaFV_RYaeslUL8F7o42MXA61r31-Qotpb3gHXU-eUkV7dYroiWO0Aj0J0F1ZYRwDBcdjfbxh4qjkDLnMEB3QknZQh6L7LodnWtoPcPUvqqB_acv7Zaq1w6feNHllC2P_RKZ/s320/Untitled4.jpg
Gambar diatas merupakan diagram kesetimbangan besi karbon menunjukan daerah temperatur untukspheroidized anneling
Tujuan dari spheroidized annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin dan mempebaiki mampu bentuk. Sebagai contoh mampu mesin baja perkakas karbon tinggi sangat baik jika strukturnya sperodisasi. Semua jenis baja perkakas paduan, termasuk kelas karbida maupun baja untuk bantalan harus memiliki kondisi sperodisasi agar hasil pemesinannya baik.
Metoda-metoda yang diterapkan untuk memperoleh struktur yang bulat adalah sebagai berikut:
a. Metoda yang pertama
Baja dipanaskan dekat tempelatur A1 dan harus dijaga agar tidak melampaui tempelatur tersebut untuk mencegah pembentukan austenit. Baja tersebut kemudian ditahan pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu agar diperoleh karbida yang bulat dan agak kasar. Tinggi temperature dan lama pemanasan yang dipilih sangat tergantung pada kondisi struktur baja sebelumnya dan komposisi kimia baja tersebut.
Baja yang memiliki karbon kurang dari 0,3% tidak cocok untuk disperodisasi karena struktur baja-baja karbon rendah terdiri dari ferit dan sejumlah kecil perlit.
Perlit yang kasar akan mudah terbentuk pada proses pendinginan yang lambat, sebagai contoh baja karbon paduan di spheroidized annealing yang tempelatur sekitar 7000C untuk selama 4-6 jam. Makin lama pemanasan, akan makin kasar perlit yang terbentuk.
Temperatur spheroidized annealing dipengaruhi oleh unsur-unsur paduan, keberadaan Ni atau Mn akan menurunkan temperatur A1 dan akibatnya akan menurunkan temperaturspheroidized annealing. Jadi untuk baja yang mengandung Ni 4%, maka tempelatur spheroidized annealingnya serendahrendahnya adalah 6700C. Temperatur yang lebih rendah akan mempengaruhi waktu prosesing menjadi lebih lama (8-10 jam).Dilain pihak, HSS yang mengandung W, V, dan Mo dan juga Cr, harus di spheroidized annealing pada temperatur diatas 8000C. Keberadaan unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat akan meningkatkan stabilitas karbida didalam baja. Karena itu, dapat menurunkan penggumpalan dan menaikan waktu anil pada setiap temperature spheroidized annealing yang dipilih.
b. Metoda yang kedua
Baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (lihat gambar 3), dan diam pada temperatur waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat pada laju sekitar 10-200C setiap jam sampai dengan tempelatur 550- 6000C. Pendinginan sampai ke temperatur kamar dapat dilakukan asal pendinginan dilakukan diudara. Selama proses pendinginan lambat, C yang larut kedalam austenit akan memisahkan diri dan membentuk karbida yang bulat. Pada kondisi seperti ini kekerasan baja akan relatif lebih rendah. Jika temperatur anil lebih tinggi, sejumlah besar karbida akan larut dan dan sementit akan terbentuk dalam bentuk lamelar. Metoda ini terutama diterapkan untuk baja-baja eutektoid dan hipertektoid. Sebagai contoh prosedur anil untuk membulatkan keseluruhan karbida didalam matrik ferit baja DIN 100 CrMo memerlukan austenisasi pada 825/8300C diikuti dengan penahanan pada tempelatur 775/7800C. Proses seperti ini akan menghasilkan prestisipasi karbida. Setelah itu, kemudian didinginkan perlahan-lahan melalui rentang temperatur 740-6800C dan selanjutnya didinginkan diudara sampai temperature kamar.

c. Metoda ketiga
Dalam metoda ini baja dipanaskan diatas temperatur kritik A1 (tidak boleh
lebih tinggi dari 500C), dan dibiarkan pada tempelatur ini untuk jangka waktu tertentu Kemudian didinginkan sampai temperatur sedikit dibawah A1 (tidak boleh lebih tinggi dari 500C), dan dibiarkan pada temperatur tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu dan kemudian didinginkan pada temperature kamar. Temperatur yang mendekati A1, struktur sperodisasi yang akan diperoleh lebih kasar dan lebih lunak, namun jika proses temperatur menjauhi A1, misalnya 6800C, struktur yang dihasilkannya akan berbentuk lamelar dan bersifat lebih keras. Dengan cara ini proses sperodisasinya memerlukan waktu yang lebih singkat dibanding dengan cara-cara sebelumnya dan mulai diterapkan untuk baja karbon dan baja paduan.

d. Metoda keempat
Sperodisasi dapat juga dilakukan dengan cara memanaskan dan mendinginkan yang berulang-ulang pada temperatur diatas dan dibawah A1.Selama pemanasan diatas A1, hanya butir-butir sementit yang kecil yang akan larut kedalam austenit, tetapi untuk butir-butir sementit yang besar waktu tersedia untuk larut tidak mencukupi. Pada siklus pendinginan berikutnya, molekul-molekul sementit akan mengendap pada butir-butir sementit yang tidak larut. Berdasarkan hal ini timbullah proses koagulasi. Atas dasar hal ini, metode sperodisasi memerlukan waktu yang lebih singkat tetapi sulit untuk dilaksanakannya.
Laju sperodisasi tergantung pada struktur yang dimiliki sebelumnya. Makin halus karbida pada struktur asalnya, makin mudah proses sperodisasinya. Jadi struktur perlit yang halus lebih mudah dibandingkan struktur perlit yang kasar. Struktur bainit lebih baik lagi untuk di sperodisasi dan yang terbaik adalah struktur sorbit (struktur yang diperoleh dari hasil penempern martensit). Proses pengerjaan dingin yang dapat memecahkan sementit dan mendistribusikannya secara lebih homogen dapat membantu mempercepat proses sperodisasi.
Unsur-unsur pembentuk karbida yang kuat, terutama Cr, W, Mo, dan V meningkatkan stabilitas karbida dalam baja. Karena itu unsur-unsur tersebut menurunkan laju koagulasi dan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk soft anneal pada temperatur annealnya.
Kekerasan yang dicapai setelah proses sperodisasi tergantung pada komposisi kimia baja. Baja-baja yang mengandung karbon yang rendah menghasilkan kekerasan sekitar 160-190 HB, sedangkan pada baja paduan dan karbon tinggi, menghasilkan kekerasan sekitar 200-230 HB.
Untuk meningkatkan mampu mesin baja-baja perkakas karbon tinggi, paduan tinggi, baja pegas, baja bantalan, baja tahan aus, baja perkakas, dan sebagainya sperodisasi dilakukan setelah proses tempa. Sperodisasinya dilkukan dengan cara memanaskan baja diatas tempelatur A1 kemudian didinginkan perlahan-lahan dan ditahan pada tempelatur sedikit dibawah A1. Untuk jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan diudara sampai tempelatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa, agar memperoleh struktur yang globular (bulat), baja harus dipanaskan secara homogen dan distribusi tempelatur di dalam tungku juga harus homogen.
Baja-baja yang mengandung sementit dibatas butirnya relatif sulit untuk dimesin. Untuk itu, proses sperodisasinya dilakukan dengan cara mengeliminasi sementit dengan proses homogenisasi atau normalizing diatas tempelatur Acm kemudian diquench dan dilanjutkan dengan prosessperodisasi.


   3.2.1 Tungku-tungku untuk proses soft anneal
Pemilihan tungku untuk proses sperodisasi ditentukan sebagai berikut :
a. Jika tempelatur sperodisasi relatif rendah dan fluktuasi temperatur harus    kecil maka digunakan tungku listrik karena waktu yang diperlukan untuk proses sperodisasi akan relatif lama.
b. Berdasarkan hal tersebut diatas tungku kamar listrik lebih banyak     digunakan dari pada tungku kontinyu.
c. Tungku vakum dan tungku garam dapat juga digunakan jika benda kerja yang akan diproses relatif kecil .Tungku ini banyak dimanfaatkan untuk menganil ulang benda kerja yang sudah dikeraskan.

v  3.3.      Isothermal Annealing
Isotermal annealing dikembangkan dari diagram TTT. Jenis proses ini digunakan untuk melunakan baja-baja sebelum dilakukan proses pemesinan. Proses ini terdiri dari austenisasi pada temperatur anilnya (full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan yang relatif cepat sampai ke temperatur 50-
600C dibawah garis A1 (menahan secara isotermal pada daerah perit). Penahanan baja pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu menyebabkan timbulnya penguraian austenit menjadi strutur yang optimal untuk dimesin. Setelah transformasi berlangsung, baja kemudian didinginkan didalam tungku atau di udara atau bahkan didinginkan dengan cepat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh503FQpb2cMXE6Gc-LDer6arB7s3qmP-KxCgfIJWn9ptE6I9YjZbLNRx6GlA2YCB0rMX_FKRzs1LPadK3e0m0MyRNZc_wpu4qSIQ6WxPhk_2j786NLlcqBbcag7YxK9QvVpxRCOJfWbTMo/s640/Untitled6.jpg
Gambar diatas merupakan diagram isotermal annealing

Kekerasan yang dicapai setelah proses isotermal annealing, tergantung pada tingginya temperatur penahanan baja dibawah A1. Jika baja setelah diaustenisasi ditahan pada temperatur sedikit dibawah A1 austenit akan mengurai perlahan lahan, sehingga diperoleh karbida yang bulat dan relatif kasar atau lamelar sangat dipengaruhi oleh tempelatur austenisasinya. Hasil proses ini cenderung lunak. Pada temperatur transformasi, biasanya penguraian austenit berlangsung lebih cepat, sehingga produknya relatif lebih keras, lebih banyak lamelar dan relative tidak kasar dibandingkan dengan benda kerja yang jauh dari temperature transformasi (A1). Baja paduan biasanya mengalami isotermal anneal. Setelah baja dikarburasi pada 900-9300C, kemudian ditahan pada 630-6800C untuk 2-4 jam agar seluruh austenit bertransformasi seluruhnya lalu didinginkan. Struktur yang diperoleh terdiri dari ferit dan perlit yang sangat cocok untuk proses pemesinan. Biasanya, penahanan isotermal diperpanjang 1-2 jam dari akhir transformasinya. Hal ini dimaksudkan agar sifat mampu mesinnya dapat lebih ditingkatkan lagi sebagai akibat adanya sebagian sementit didalam perlit bentuknya menjadi bulat.
Isotermal annealing yang lazim diterapkan adalah mendinginkan dengan cepat dari temperatur austenisasi ke temperatur transformasinya. Kemudian setelah proses isotermal, dilanjutkan dengan proses pendinginan ke temnperatur kamar.

v  3.4.      Proses Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100-12000C. Proses difusi yang terjadi pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja. Proses ini diterapkan pada ingot baja-baja paduan dimana pada saat membeku sesaat setelah proses penuangan, memiliki struktur yang tidak homogen. Sebagian besar tidak homogen tersebut dapat diatasi pada saat pengolahan ingot baja tersebut. Seandainya ketidak homogenan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, maka perlu diterapkan proses homogenisasi atau diffusional annealing.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9L3rSPR95YAMFKHfAPRxku_fuaq6tITJSWLPfY-SaWrRZpEc2uksTsA6UtpuSSuugNFmhUPoT_67ZmttcFQICB3NPZBXlbtz7CW69LRMT2zkNlNN98ZOLu0Bl9YKE83kv4obc2m0dAuYR/s320/Untitled7.jpg

Gambar diatas merupakan diagram proses homogenisasi

Proses homogenisasi dilakukan selama beberapa jam pada tempelatur sekitar 1150-12000C. Setelah itu benda kerja didinginkan ke 800-8500C, dan selanjutnya didinginkan di udara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan proses normal atau anil untuk memperhalus struktur over heat. Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang khusus karena biaya prosesnya sangat tinggi.
                          
v  3.5.      Intermediate Annealing
Proses ini dilakukan terhadap baja yang sudah mengalami proses ”Case hardening” agar dapat dimesin. Prosesnya terdiri dari penahan benda kerja pada temperatur dibawah A1, yaitu sekitar 630-6800C, untuk selama 4-6 jam dan diikuti dengan pendinginan yang lambat. Tujuan dari proses ini mirip proses sperodisasi yaitu memperbaiki mampu mesin.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifYInnlgTP7NllZQ1TPeHwf7nKav8sfk3CP9VrKRecekPGGkEij0_IwcjnEPo0BNr1-Di2_j3TvytGSl5UV1a-cEprbaNOCyPGBQwB0ukwoAZ5F3HWSrf7jawniM4jS6-4rdXHk1CTuijM/s320/Untitled8.jpg



Gambar diatas merupakan diagram intermediate annealing

v  3.6.      Bright Annealing
Proses ini dilakukan untuk menghasilkan permukaan benda kerja yang bebas dari oksidasi. Perlindungan terhadap oksidasi selama proses perlakuan panas biasanya dilakukan dengan “menyelimuti” benda kerja dengan atmosfer tungku yang sesuai. Atmosfer tungku yang dipilih selain mencegah oksidasi, juga harus mampu mencegah timbulnya sulfidasi, pengetasan atau dekarburasi selama proses perlakuan panas berlangsung. Proses bright annealing dilakukan dengan berbagai cara yang masing –masing dapat diterapkan pada material ferro atau non ferro, baik berbentuk kawat, strip, lembaran maupun berbentuk tabung dan sebagainya.

Memilih gas dan tungku yang digunakan dalam proses bright annealing dapat dilihat pada tabel berikut ini:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgccZUthfYg9GaPuevpylNfVPabn1ac9Ev6cMjlG8xTkATe2AVq5OehBqR41HjTB3Wthk-xebh2R4RRzAek75fa_M9evyjTPFMHwWq00_FLYcI6eGeT9tl1wb0elFdUgXB-Q0uVMGc8aqXx/s640/Untitled2.jpg






BAB III
PENUTUP


v    Kesimpulan
Perlakuan Panas yaitu suatu proses untuk merubah sifat mekanis suatu bahan dengan adanya pemanasan. Salah satu dari cara perlakuan panas adalah pelunakan logam atau dikenal dengan istilah Annealing. Banyak jenis dari cara/ proses Annealing ini, ada full Annealing, dan Spheroidized Annealing.Sebagai upaya mencari sifat logam yang sesuai dengan yang dibutuhkan diantaranya adalah dengan cara perlakuan panas. Perlu tidaknya perlakuan panas dan bagaimana perlakuan panas yang dilakukan tergantung pada sifat coran dan penggunaanya. Yang dimaksud dengan perlakuan disini adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.  Dan tujuan dari annealing sendiri diantaranya mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau pengerjaan dingin, memperbaiki keuletan, menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur, memperhalus ukuran butir, menghilangkan tegangan dalam serta menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas

v    Saran
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menyusun tugas makalah ini, dapat kiranya mahasiswa lebih pro-aktif lagi untuk mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan makalah ini, demikian pula kami mengharapkan bimbingan yang intensif dari pihak dosen, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik, Amiin.







DAFTAR PUSTAKA

Ø  Rohyana Solih Drs.”Pengetahuan & Pengolahan Bahan”.Humoria Utama
Press: Bandung, 1995.
Ø  Supratman Rochim.”Panduan Peoses Perlakuan Panas”. Lembaga Penelitian ITB: Bandung 1994.
Ø  Wahyudin Ir. “Diktat Kuliah Ilmu Bahan”.FPTK-UPI:Bandung,2003.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar