Metrologi Kontrol
Kualitas
Industri Hulu & Industri
Hilir
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metrologi Kontrol Kualitas
Dosen Pengampu Widhi Herjuna ST.
Disusun Oleh:
Kiki Lukita
(14156671)
JURUSAN TEKNIK MESIN SEMESTER 5 BARU
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA
CIKARANG 2017
CIKARANG 2017
INTISARI
Industri adalah semua kegiatan manusia dalam bidang
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Kata industri biasanya identik
dengan semua aktifitas ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan
baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Industri di golongkan menjadi beberapa kategori, salah
satunya adalah industri berdasarkan proses produksinya yaitu industri hulu dan
industri hilir. Industri hulu yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Sedangkan Industri
hilir yaitu industri yang
mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang
dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Didalam
melakukan proses produksinya setiap industry pasti tidak akan pernah lepas dari
metrology control kualitasnya untuk mejamin setiap barang yang di produksi
adalah barang yang bekualitas tinggi dan sesuai dengan standard yang di
inginkan atau diperlukan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin
saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.Harapan saya
semoga tulisan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupunisi Makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini
masih terdapat kekurangan.Oleh karena itu, kritik konstruktif sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan peningkatan kualitas isi makalah ini di masa
mendatang.
Cikarang, 7 Februari 2017
Penyusun
Kiki Lukita
BAB
I
LANDASAN
TEORI
Latar Belakang
Apabila kita membahas
industri maka kita tidak akan lepas dari metrologi industri dan kontrol
kualitasnya. Kata
industri biasanya identik dengan semua aktifitas ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi,
maka dalam melakukan proses tersebut akan dilakukan pengukuran yang disesuikan
dengan standard ukur beserta pengecekan terhadap kualitas barang yang
mau,sedang dan sudah selesai diproduksi. Industri itu sendiri di golongkan menjadi
beberapa kategori, salah satunya adalah industri berdasarkan proses produksinya
yaitu:
1.
Industri hulu yaitu industri yang hanya
mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya:
industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
Adapun ciri-ciri industri hulu adalah sebagai berikut:
·
Tidak padat karya.
·
Industri ini sifatnya hanya
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Dan berikut ini merupakan contoh dari industri
yang masuk dalam kategori industri hulu:
·
Industri mesin/alat pertanian
(traktor tangan, traktor mini, mesin perontok padi).
·
Industri listrik (motor
listrik, panel listrik tegangan tinggi dan rendah).
·
Industri pesawat terbang (PT
Dirgantara Indonesia di Bandung).
·
Industri Perkapalan (PT PAL di
Surabaya dengan produk I yaitu Palindo Jaya).
·
Industri besi dan baja (PT
Krakatau Steel Cilegon Banten).
·
Industri mesin dan peralatan
pabrik (pabrik tekstil, pabrik almunium, pabrik farmasi, pabrik kertas).
·
Pada bidang
perikanan seperti: PT. Aneka Sumber Tata Bahari (ASTB
·
PT. Ureng Nusa Telu
2. Industri
hilir yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang
jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri
otomotif, dan industri meubeler. Industri Hilir memiliki beberapa definisi
lain yakni:
·
Industri yang mengolah hasil
pertanian
·
Industri yang mengolah bahan
setengah jadi menjadi barang jadi
·
Industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku
·
Industri yang didirikan di
bagian hilir aliran sungai
·
Industri yang mengolah bahan
pakan ternak
·
Industri yang mencukupi
kebutuhan pokok rakyat dan padat karya sehingga bias mengurangi pengangguran.
Adapun contoh
dari industri hilir ini seperti berikut:
·
Industri pangan (susu, minyak
goreng, margarin, terigu, dan lain sebagainya).
·
Industri tekstil (benang,
tenun, zat pewarna).
·
Industri kimia (cat, sabun,
dempul, sepatu karet).
·
Industri alat listrik dan logam
(mesin jahit, lemari es, lampu, telepon, hand phone, mesin obras, mesin bordir,
kamera).
·
Industri alat tulis (pensil,
pen, bollpoint, penghapus).
·
Industri alat-alat musik
(gitar, piano, biola, organ, dan lain-lain).
·
Industri bahan bangunan dan
umum (kayu lapis, asbes, keramik, marmer, konstruksi bangunan, dan lain-lain).
Dalam industri kita tidak akan lepas dari
teknik, pengukuran yang merupakan aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik
dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk
mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur dapat terkena
kesalahan peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara
pengukuran dinamakan metrologi. Fisikawan menggunakan banyak alat untuk
melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti
penggaris dan stopwatch sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat partikel.
Instrumen virtual digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern. Alat-alat
ukur dalam peralatan kerja itu sendiri sangat banyak dan berbeda-beda bentuknya
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Benda ukur menurut geometrisnya tidak
selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi ada
kalanya disamping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi. Peralatan
kerja bengkel adalah sekumpulan alat/perkakas yang sering dipakai oleh mekanik
dalam melakukan pekerjaan di bengkel, misalnya dalam kegiatan-kegiatan
produksi, perawatan, perbaikan dan reparasi.Bagi seorang mekanik yang
sehari-harinya melakukan aktifitas tersebut, jelas memerlukan peralatan guna
membantu agar pekerjaannya bisa terselesaikan secara efektif dan efisien.
Penggunaan peralatan yang benar dan sesuai fungsinya merupakan keharusan.
Perumusan Masalah
1. Apa
saja macam-macam alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun
alat ukur linier tak langsung?
2. Bagaimana
cara menggunakan bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda
dengan cara yang tepat dan benar?
3. Bagaimana
cara membaca skala alat-alat ukur linier langsung dengan benar?
Tujuan
1. Mengetahui
bermacam-macam alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat
ukur linier tak langsung.
2. Mengetahui
cara menggunakan bermacam-macam alat ukur linier untuk mengukur benda dengan
cara yang tepat dan benar.
3. Mengetahui
cara membaca skala alat-alat ukur linier langsung dengan benar.
BAB
II
PENGUKURAN
LINIER
1.
DASAR TEORI
1.1. Pengukuran
Linear
Pengukuran Linear adalah proses pengukuran
untuk mengetahui dimensidari suatu benda kerja yang belum diketahui ukurannya.
Pengukuran Linear Pembacaan Langsung Alat ukur
langsung adalah alat ukur yang mempunyai skala ukur yangtelah dikalibrasi dan
hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skalatersebut.Contoh alat ukur
langsung :
a. Mistar Ukur
b. Mistar Ingsut
c. Mikrometer
Jadi, Pengukuran linear pembacaan langsung adalah proses
pengukuran dimana hasil pengukuran dapat dilihat langsung dari skala alat ukur
yang dipakai. Pengukuran Linear Pembacaan Tidak Langsung Pengukuran Linear
pembacaan tidak langsung yaitu pengukuran dengan instrumen pembanding,
maksudnya dengan membandingkan dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran
kemudian membacanya dengan bantuan alatukur langsung. Pada pengukuran ini, kita
melakukan dua kali proses pengerjaan. Macam-macam alat ukur yang tergolong alat
ukur tidak langsung yaitu
a. Dial Indikator
b. Bore Gage atau
Cylinder Gage
c. Caliper Gage
d. Telescoping gage
1.2 Jenis – jenis Alat Ukur Lineara.
A. Alat Ukur Linier Langsung
a. Mistar ukur
Mistar ukur merupakan
alat ukur linier yang paling dikenal, biasanya berupa pelat baja atau kuningan
di mana pada kedua tepi salah satu permukaannya diberi skala (metrik dan inchi)
dengan panjang ukurannya bervariasi dari 100 s.d. 300 mm dengan kecermatan
ukuran yaitu pembagian skala dalam 0.5 atau 1.0 mm.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran dengan
mistar ini ialah dengan cara menempelkan mistar pada objek ukur sampai tepi mistar berimpit dengan tepi
benda yang diukur sehingga secara tidak langsung panjang objek yang diukur
tersebut dapat langsung dibaca dengan memakai ujung objek ukur sebagai indeks
pembacaan skala.
Jenis – Jenis Mistar
1. Meteran
Lipat
Merupakan gabungan
dari mistar ukur degan sambungan engsel pada ujungnya. Hasil dari pengukurannya
kurang baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ukur biasa.
Gambar
2.1 Mistar lipat
2. Meteran Gulung
Merupakan meteran yang
dibuat dari pelat baja tipis berbentuk pita yang dapat digulung dan ditempelkan
dalam suatu wadah.
Gambar
2.2 Mitar Gulung
b. Mistar ingsut
Merupakan alat ukur linear serupa dengan
mistar ukur yang mana mempunyai skala linier pada batang dengan ujungnya yang
berfungsi sebagai sensor penahan benda ukur (disebut rahang ukur tetap) dan
juga terdapat peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang
ukur(disebut rahag ukur gerak) yang biasanya dapat digeserkan pada batang ukur.
Cara Pengukuran.
Cara kerjanya ialah benda ukur ditahan
padasalah satu sisi permukaannya oleh rahang ukur tetap, kemudian peluncur
digeserkan sehingga rahang ukur gerak menempel pada sisi lainnya, pada saat
benda ukur dijepit maka orang yang melakuka pengukuran dapat membaca posisi
garis indeks pada skala ukur.
Hal – hal yang harus diperhatikan saat
memakai mistar ingsut ialah sebagai berikut :
·
Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat
meluncur pada batang ukur dengan bik tanpa bergoyang,
·
Periksa kedudukan nol serta kesejajaran
permukaan ke dua rahang dengan cara mengatupkan rahang,
·
Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur
hanya dengan menggunakan ujung rahang ukur (harus agak kedalam), supaya kontak
antara permukaan sensor dengan benda ukur cukup panjang sehingga terjadi efek
pemosisian mandiri yang akan meniadakan kesalahan kosinus,
·
Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat
yang bisa melenturkan rahang ukur ataupun lidah ukur kedalaman sehingga
mengurangi ketelitian,
·
Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan
setlah mistar ingsut diangkat dari objek ukur dengan hati – hati.
Gambar
2.3 Mistar Ingsut / Jangka Sorong
c. Mikrometer
Merupkan alat ukur linier
yang mempunyai kecermataan yang lebh tinggi dari pada mistar ingsut, mempunyai
kecermatan sebesar 0.01 mm (meskipun namanya “mikrometer”). Jenis khusus memang
ada yang dibuat dengan kecermataan 0.005 mm, 0.002 mm, 0.001 mm dab bahkan
sampai dengan 0.0005 mm.
Pemakaian
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemakaian mikrometer ialah sebagai berikut :
·
Permukaan benda ukur dan mulut ukur
mikrometer harus dalam kondisi bersih.
·
Sebelum dipakai, kedudukan mikrometer harus
diperiksa.
·
Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi
dimensi objek ukur.
·
Beda ukur dipegang dengan tangan kiri dan
mikrometer dengan tangan kanan.
·
Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur
pada benda ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur
karena adanya deformasi.
·
7.Kalibrasi
·
8. Untuk
melakukan kalibrasi mikrometer dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :
·
9. Gerakan
silinder putar/poros ukur. harus berputar dengan baik, rasakan tidak terjadi
goyangan karena keausan ulir utama.
·
10. Kedudukan
nol apabila. Apabila mulut ukur dirapatkan garis referensi/indeks harus
menunjuk nol.
·
11. Keberfungsian
beberapa bagian yang lain seperti gigi gelincir (ratchet) dan pengunci poros
ukur.
·
12. Kerataan
dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). Karena keausan, muka ukur dapat
menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehinggia memungkinkan kesalahan ukur.
·
13. Kebenaran
penunjukan harga pengukuran. Sehingga harga yang ditunjukan oleh mikrometer
harus sesuai dengan ukuran standar yang benar 9 harga nominal dengan toleransi
yang diterapkan sesuai dengan standar)
Gambar 2.4 Mikrometer
B. Alat Ukur Linier Tak Langsung
a. Dial Indikator
Dial indikator atau dial gage digunakan untuk
mengukur kebengkokan, run out, kekocakan, end play, back
lash, kerataan, dan sebagainya. Didalam dial indikator terdapat mekanisme
yang dapat memperbesar gerakan yang kecil. Pada saat spindle bergerak
sepanjang permukaan yang diukur, gerakan tersebut diperbesar oleh mekanisme
pembesar dan selanjutnya ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Gambar 2.5 Dial Indikator
Prosedur penggunaan dial indikator
1.
Posisi spindle dial
indikator harus tegak lurus dengan permukaan yang diukur.
2. Garis imajinasi dari mata si pengukur ke jarum
penunjuk harus tegak lurus pada permukaan dial indikator pada saat sedang
membaca hasil pengukuran
3. Dial indikator harus dipasang dengan teliti
pada batang penyangganya, artinya dial indikator tidak boleh goyang.
4. Putarlah outer ring dan stel
pada posisi nol. Gerakkan spindle ke atas dan ke bawah, kemudian periksalah
bahwa jarum penunjuk selalu kembali ke posisi nol setelah spindle dibebaskan.
5. Usahakan dial indicator tidak sampai terjatuh,
karena terdapat mekanisme pengubah yang sangat presisi.
6.
Jangan memberi oli
atau grease diantara spindle dan tangkainya,
karena akan menghambat gerakan spindle.
b. Bore Gage atau Cylinder Gage
Bore gage adalah merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur diameter silinder. Pada bagian atas terdapat dial gage dan
pada bagian bawah terdapat measuring point yang dapat bergerak
bebas. Pada sisi lainnya terdapatreplacement rod yang panjangnya
bervariasi tergantung keperluan. Dalam satu set, terdapat bermacam-macam ukuran replacement
rod dengan panjang tertentu. Disamping itu juga terdapat replacement
washer yang tebalnya mulai dari 1 – 3 mm.Replacement securing
thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya untuk mengunci agar replacement
rod dan washernya tidak lepas pada saat bore
gagedigunakan.
Gambar 2.6 Bore Gage atau Cylinder Gage
Pengukuran diameter silinder dengan bore gage memerlukan
alat ukur lain yaitu mistar geser dan mikrometer. Ada dua cara yang dapat
dilakukan untuk mengukur diameter silinder.
Cara I :
a)
Ukurlah diameter
silinder dengan mistar geser, misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b)
Pilih replacement rod
yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal 76 mm.
b. c) Pasang replacement rod pada bore gage. d)
Ukur panjang replace-ment rod dengan mikrometer luar seperti
pada gambar 36 di samping dan usaha-kan jarum dial gage tidak
bergerak, misal diperoleh hasil pengukuran = 76,20 mm.
|
c. e) Masukkan replacement rod ke dalam lubang
(silinder), goyangkan tangkai bore gage ke kanan dan ke kiri seperti pada
gambar 37 sampai diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus)
|
d.
f) Baca besarnya
penyimpangan yang ditunjukkan dial gage, misal diperoleh 0,13 mm.
e.
g) Besarnya diameter
silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang replacement
rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gage.
f.
Jadi diameter silinder
= 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.
g.
Cara
II :
a)
Ukurlah diameter
silinder dengan mistar geser, misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b)
Pilih replacement
rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal
76 mm.
c)
Pasang replacement
rod pada bore gage.
d)
Set mikrometer luar
pada 76 mm, kemudian tempatkanreplacement rod antara anvil dan spindle mikrometer
e)
Set jarum dial
gage pada posisi nol dengan cara memutar outer ring
f)
Masukkan replacement
rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gage ke kanan
dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus)
g)
Baca besarnya
penyimpangan yang ditunjukkan dial gage.
h)
Apabila penyimpangan
jarum dial gage :
(1)
Di sebelah kanan nol:
Įžsilinder = 76 – penyimpangan
(2)
Di sebelah kiri nol :
Įžsilinder = 76 + penyimpangan
c. Caliper Gage
Caliper gage adalah merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur diameter dengan ukuran kecil, misalnya diameter lubang laluan
katup, diameter dalam rocker arm dan sebagainya.
Pada bagian atas caliper gage terdapat dial
gage dan pada bagian bawah terdapat kaki (lug) yang dapat
bergerak bebas. Fungsi tombol yang terdapat pada dial gage untuk
menggerakkan kaki-kaki. Apabila tombol ditekan, maka kaki-kaki tersebut akan
saling berhimpitan (menyempit). Untuk menset nol dapat dilakukan dengan memutar outer
ring sehingga jarum penunjuk bertepatan dengan angka nol pada skala
pengukuran.
Gambar 2.7 Caliper Gage
Prosedur penggunaan Caliper Gage
Pengukuran komponen mesin dengan caliper
gage memerlukan alat ukur lain yaitu mistar geser dan mikrometer.
Adapun prosedur pengukuran diameter dalam dengan caliper gage dapat
dilakukan sebagai berikut:
(1)
Ukur diameter dalam
dengan mistar geser, misal diperoleh hasil pengukurannya = 8,40 mm
(2)
Set mikrometer luar
mendekati hasil pengukuran dengan mistar geser, misal : 8,50 mm
(3)
Tempatkan kaki-kaki
caliper diantara anvil dan spindle mikrometer
luar
(4)
Gerakkan caliper
sampai diperoleh penunjukan jarum maksimal (posisi tegak lurus).
(5)
Putar outer
ring sampai angka nol pada skala pengukuran lurus dengan jarum
penunjuk.
(6)
Tekan tombol caliper,
kemudian masukkan kaki-kaki caliper ke dalam lubang dan bebaskan tombol.
(7)
Gerakkan caliper
sampai diperoleh penunjukkan maksimal.
(8)
Baca penunjukkan jarum
penunjuk pada caliper gage. Apabila hasil pembacaan = 0,07 mm, maka diameter
dalam lubang tersebut adalah = 8,50 – 0,07 = 8,43 mm
d. Telescoping gage
Telescoping gage atau pengukur T merupakan alat ukur pembanding
yang biasa digunakan untuk mengukur diameter dalam komponen yang agak ke dalam.
Hal tersebut dimungkinkan karena alat ukur ini mempunyai batang ukur yang cukup
panjang. Poros ukur atau sensornya dapat bergerak memanjang sendiri karena
adanya pegas didalamnya. Pada batang pengukur dilengkapi dengan pengunci yang
dihubungkan dengan poros ukur sehingga dengan pengunci tersebut, poros ukur
dapat dimatikan gerakannya.
Alat ukur ini biasanya terdiri atas satu set
yang berisi beberapa pengukur T yang masing-masing mempunyai kapasitas
pengukuran yang berbeda (lihat gambar 43). Pada batang ukurnya biasanya sudah
dicantumkan kapasitas pengukurannya, misalnya 10 – 25 mm. Ini berarti ukuran
terkecil yang dapat diukur adalah 10 mm dan ukuran maksimumnya 25 mm.
Gambar 2.8 Telescoping gage
Prosedur penggunaan Telescoping gage adalah
sebagai berikut :
a.
Pilihlah telescoping
gage dengan kapasitas ukur tertentu sesuai dengan range dari komponen
yang akan diukur.
b.
Masukkan telescoping
gage ke dalam lubang dan kendorkan penguncinya sehingga poros ukur
benar-benar menyentuh bidang yang diukur.
c.
Kuncilah gerakan poros
ukur dengan cara memutar pengunci ke kanan sehingga poros ukur tidak dapat
bergerak lagi.
d.
Keluarkan telescoping
gage yang sudah terkunci tersebut dari lubangnya.
e.
Ukurlah panjang poros
ukur dengan mikrometer luar. Besarnya diameter lubang sama dengan angka yang
ditunjukkan pada mikrometer.
BAB
III
PENGARUH
BAGI INDONESIA
Pertumbuhan industri hulu harus dipacu, khususnya industri
logam dasar (baja) dan industri kimia dasar (petrokimia). Industri baja dan petrokimia
akan menghasilkan bahan baku untuk industri hilir di berbagai sektor. Selain
itu juga akan mendorong tumbuhnya industri mesin dan peralatan (barang modal)
yang juga dibutuhkan untuk industri hilir.
Untuk memacu pertumbuhan industri hulu, Pemerintah seharusnya memberikan insentif pajak dan pembebasan bea masuk barang modal. Hal ini dilakukan agar sektor industri hulu, baik logam dasar seperti baja, aluminium, nikel, dan tembaga, maupun industri kimia dasar seperti industri petrokimia, mengalami pertumbuhan pesat.
Proyek-proyek strategis yang sedang berjalan, terdapat pada industri besi dan baja serta industri petrokimia dan pupuk. Di sektor besi dan baja, PT Krakatau Posco telah memulai pembangunan tahap I pabrik di Cilegon dengan kapasitas 3 juta ton per tahun dengan investasi 2,8 miliar dolar AS. Kemudian, PT Batulicin Steel telah memulai pembangunan pabrik tahap I berkapasitas 1 juta ton per tahun serta PT Ferronikel Halmahera Timur sudah menanamkan modalnya sebesar 1,6 miliar dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 27.000 ton per tahun.
Sementara di industri petrokimia, , PT Petrokimia Butadiene Indonesia telah berinvestasi sebesar Rp 1,5 triliun dan PT Chandra Asri menanamkan modalnya sebesar Rp 1,7 triliun. Selain itu, pemerintah juga akan merevitalisasi lima pabrik pupuk urea milik BUMN dengan investasi 3,7 miliar dolar AS. PT Petrokimia Butadiene Indonesia memiliki kapasitas 150.000 ton per tahun, PT Chandra Asri kapasitasnya 1 juta ton per tahun, dan lima pabrik pupuk urea BUMN memiliki kapasitas 3,5 juta ton per tahun. Proyek-proyek tersebut akan selesai pada 2014.
Dengan pengembangan industri logam dasar maupun industri kimia dasar, maka industri di hilir tidak akan kesulitan bahan baku. Selama ini, bahan baku industri masih diimpor dan membuat biaya produksi makin tinggi.
Tahun 2012, impor bahan baku dan penolong industri serta barang modal meningkat seiring realisasi investasi. Pada periode Januari-Juni 2012, impor bahan baku dan penolong mencapai 12,10 miliar dolar AS atau naik 7,48 persen, sedangkan impor barang modal sebesar 3,43 miliar dolar AS atau meningkat 25,26 persen. Impor bahan baku dan penolong serta barang modal merupakan persoalan yang perlu ditangani dengan baik.
Ketergantungan impor bahan baku dan penolong serta barang modal atau permesinan tidak bisa dihindari, karena sangat dibutuhkan dalam proses industrialisasi. Untuk itu, pemerintah juga harus mendorong investasi di sektor permesinan sehingga sector permesinan Indonesia dapat lebih maju dan memenuhi kebutuhan dalam negeri serta hingga dapat bersaing dengan industry luar negeri,.
Untuk memacu pertumbuhan industri hulu, Pemerintah seharusnya memberikan insentif pajak dan pembebasan bea masuk barang modal. Hal ini dilakukan agar sektor industri hulu, baik logam dasar seperti baja, aluminium, nikel, dan tembaga, maupun industri kimia dasar seperti industri petrokimia, mengalami pertumbuhan pesat.
Proyek-proyek strategis yang sedang berjalan, terdapat pada industri besi dan baja serta industri petrokimia dan pupuk. Di sektor besi dan baja, PT Krakatau Posco telah memulai pembangunan tahap I pabrik di Cilegon dengan kapasitas 3 juta ton per tahun dengan investasi 2,8 miliar dolar AS. Kemudian, PT Batulicin Steel telah memulai pembangunan pabrik tahap I berkapasitas 1 juta ton per tahun serta PT Ferronikel Halmahera Timur sudah menanamkan modalnya sebesar 1,6 miliar dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 27.000 ton per tahun.
Sementara di industri petrokimia, , PT Petrokimia Butadiene Indonesia telah berinvestasi sebesar Rp 1,5 triliun dan PT Chandra Asri menanamkan modalnya sebesar Rp 1,7 triliun. Selain itu, pemerintah juga akan merevitalisasi lima pabrik pupuk urea milik BUMN dengan investasi 3,7 miliar dolar AS. PT Petrokimia Butadiene Indonesia memiliki kapasitas 150.000 ton per tahun, PT Chandra Asri kapasitasnya 1 juta ton per tahun, dan lima pabrik pupuk urea BUMN memiliki kapasitas 3,5 juta ton per tahun. Proyek-proyek tersebut akan selesai pada 2014.
Dengan pengembangan industri logam dasar maupun industri kimia dasar, maka industri di hilir tidak akan kesulitan bahan baku. Selama ini, bahan baku industri masih diimpor dan membuat biaya produksi makin tinggi.
Tahun 2012, impor bahan baku dan penolong industri serta barang modal meningkat seiring realisasi investasi. Pada periode Januari-Juni 2012, impor bahan baku dan penolong mencapai 12,10 miliar dolar AS atau naik 7,48 persen, sedangkan impor barang modal sebesar 3,43 miliar dolar AS atau meningkat 25,26 persen. Impor bahan baku dan penolong serta barang modal merupakan persoalan yang perlu ditangani dengan baik.
Ketergantungan impor bahan baku dan penolong serta barang modal atau permesinan tidak bisa dihindari, karena sangat dibutuhkan dalam proses industrialisasi. Untuk itu, pemerintah juga harus mendorong investasi di sektor permesinan sehingga sector permesinan Indonesia dapat lebih maju dan memenuhi kebutuhan dalam negeri serta hingga dapat bersaing dengan industry luar negeri,.
BAB
IV
PENUTUP
Sesuai dengan uraian diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan mengenai Industri Hulu dan Industri Hilir sebagai
berikut :
1. Industri hulu merupakan suatu industri yang
mengumpulkan bahan mentah melalui
penangkapan dan budidaya, pada umumnya usaha ini berlokasi dekat dengan
daerah penghasil bahan baku yang mana produk yang dihasilkan dari perusahaan
yang bergerak dibidang ini bisa dipasarkan pada perusahaan-perusahaan yang akan
mengolah produknya lebih lanjut dan kata hulu itu merupakan daerah tempat
dimana aliran sungai berawal.
2. Industri hilir,yaitu industri yang mengolah
barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen dan kata hilir merupakan
daerah tempat dimana aliran sungai berakhir.
3. Didalam melakukan proses produksinya setiap industry pasti
tidak akan pernah lepas dari metrology control kualitasnya untuk mejamin setiap
barang yang di produksi adalah barang yang bekualitas tinggi dan sesuai dengan
standard yang di inginkan atau diperlukan.
4. Didalam melakukan pengukuran memerlukan alat ukur yang sesuai
standard serta melakukan pengukuran dengan hati-hati, teliti dan akurat.serta
sesuai SOP-nya
5. Perlunya keseimbangan antara industry hulu dan hilir sehingga
tercapai kemajuan merata dari sector pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Industri .http://www.materibelajar.id/2015/12/pengertian-industri-hulu-industri-hilir.html
http://arieeffendipranata.blogspot.co.id/2014/06/alat-ukur-linier-langsung-dan-tak.html
http://mrhidayat19.blogspot.co.id/2014/06/pengendalian-kualitas-quality-control.html
http://dokumen.tips/documents/pengantar-metrologi-industri-5584b89596198.html
http://oh-bumi-ku.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-industri-hulu-dan-hilir.html
http://geografi-bumi.blogspot.co.id/2009/10/klasifikasi-industri.html
.(Montgomery,
1985 )